Halaman

Kamis, 26 April 2012

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah


Ini novel ke-8 karya Tere Liye yang saya baca. Seperti biasa Tere Liye selalu membuat saya meledak-ledak setelah menyelesaikan bukunya.

Novel ini boleh jadi hanya sekedar kisah sederhana, tapi tak urung membuat kita tersenyum, tertawa, sedikit menangis dan berpikir banyak hal. Jangan tanya bagaimana Tere Liye kemudian mengemasnya sedemikian rupa hingga kisah ini menjadi terasa luar biasa dalam kesederhanaanya.

Jika kita berharap menemukan banyak hal yang berharga, novel ini boleh jadi adalah tepat. Tidak hanya kisah cinta, arti sahabat dan kekeluargaan adalah bagian penting di novel ini.

Cara bicara dan kebijakan karakter Pak Tua di novel ini mungkin akan membuat kita menghormati sosoknya, bujang bernama Borno yang berhati lurus dan tampan khas melayu boleh jadi membuat kita jatuh cinta berulang kali. Masih ada gadis bernama Mei, Bang Togar, Andi dan karakter-karakter lain yang akan kita kenal secara pribadi dan selanjutnya akan mengajarkan kita banyak hal baik tentang hidup juga mengenalkan geliat kehidupan sungai Kapuas dan pulau Borneo.

Sepotong kutipan ;

"Ah, kau ini macam lupa saja, Tigor. Dalam banyak urusan, kita terkadang sudah merasa selesai sebelum benar-benar berhenti." - Pak tua
 "Borno, cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpalan perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi yang lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cueki, kau lupakan, maka gumpalan cinta ini juga dengan cepat layu seperti kau bosan gulai kepala ikan." - Pak tua

"Amboi, kalian tau? Rasa sedih melihat teman baik menangis ternyata bisa berubah menjadi semangat menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat teman baik teraniaya, bahkan konon bisa mengubah seorang pengecut menjadi panglima perang."- Borno

"Maafkan aku, Abang. Seharusnya aku tidak pernah menemui Abang." - Mei

Sabtu, 14 April 2012

IU feat Yoo Seung Ho


Waktu dan hal-hal yang tidak dimengerti

Ada banyak hal yang bahkan tidak dimengerti, atau boleh jadi belum
Semisal tentang masa lalu juga masa depan
Tapi berhentilah was-was
Karena tidak semua hal harus dimengerti hari ini
Mengerti pada hari lain di masa depan boleh jadi lebih baik
Maka santai saja, serahkan saja pada waktu

Waktu akan menelan segalahnya, tak terkecuali menelah hal-hal yang kau takutkan
Waktu akan menyeret kau pada tahap mengerti hingga terluka
Dan kemudian, kau bahagia. Bahagia dengan mentertawakan lukamu sendiri
Jika sudah demikian, kau sempurna sudah gila

Demi waktu, setelah gila kau juga akan tersadar dengan sendirinya
Sadar kemudian akan sangat berharga setelah kau tau rasanya gila

Lihatlah, ini serupa lingkaran setan yang mengerikan
Dan sekali lagi, santai saja!
Lingkaran setan nan mengerikan ini juga akan berhenti di waktu tertentu
Waktu yang bernama masa depan

Jadi berhenti melakukan perang perasaan juga perang dalam pikiran tampa lawan
Kau hanya akan memusnakan keindahan dan tenggelam di bawah alam sadar yang tak beralasan
 
Pada hal-hal yang tidak dimengerti, serahkan saja pada waktu dengan damai
sederhana bukan?

Kamis, 12 April 2012

#2

Kau menemukan ku? sungguhkah?Ah, terima kasih! 

Terima kasih untuk sekian tahun pertemuan yang kau sebut-sebut keindahannya
Terima kasih untuk sekian banyak cerita yang bagiku adalah hak kita
Hak kebersamaan yang rupanya bernilai estetika tak terhingga 

Dan di masa depan, jadi apakah kita?
Entalah, esok lusa kita tidak tau persisnya
Berdo'a saja semoga tawa nan bahagia, air mata perisai duka dan banyak hal lain akan terus berada dalam satu zona waktu milik kita, semoga!


Jumat, 06 April 2012

#1

Malam ini, kau pembuka perang kata
Perang yang kata mu akan menjadi indah
Dan kelak akan membuat bahagia

Baiklah, aku ikut saja
Kau jadikan aku sebagai lawan atau hanya sebagai peserta, terserah kau saja!

Dasarnya, aku bisa saja menolak perang yang kau buka, tapi aku tak mau
Karena bagiku, ini juga cara kita menyambungkan rasa
Rasa yang nantinya terakumulasi hingga membentuk bulat pepat mendunia
Dan sebenarnya aku sepakat. perang ini indah nan bahagia
Lihatlah, aku sungguh menikmatinya
Jadi mari kita buka perang dengan bismillah, dan jangan bayangkan melafalkan hamdallah dengan segerah

“Pertama, lanjutkan sampai kepada. HINGGA TAK TERSISA!”

Selasa, 03 April 2012

Berulang kali aku berkemas
Walau dengan setumpuk malas
Ini waktunya memakamkan ingatan dalam liang
Tapi ternyata kau mati suri sayang!
Dalam lembar tipis buku yang bisu aku menemukanmu
Lihatlah aku sudah gila, atau setidaknya nyaris
Aku selalu menemukan cela untuk kembali kearahmu
Jadi bagaimana bisa aku pergi, bagiku teriris dan bagimu mungkin miris